Sabtu, 16 Oktober 2010

Waspada "Mata Kucing" pada anak

Anak usia di bawah lima tahun (balita) ternyata rentan terkena kanker retina atau retinoblastoma. Gejalanya cukup khas, yaitu mata anak terlihat bercak putih. Jika tersorot oleh cahaya senter, mata anak akan memantulkan cahaya seperti "mata kucing" yang bersinar dalam gelap.

"Sayangnya, banyak orangtua yang baru sadar setelah kondisi penyakit anaknya sudah pada stadium lanjut. Dan anak sudah kehilangan penglihatannya," kata Ketua III Bidang Pendidikan dan Penyuluhan, Yayasan Kanker Indonesia, Dr Sumarjati Arjoso, SKM dalam acara penyuluhan massal tentang penyakit kanker anak, di Jakarta, belum lama ini.

Penanganan retinoblastoma pada stadium awal bisa dilakukan melalui radioterapi dan cryoterapi. Pada kondisi seperti itu, masih mungkin anak tak sampai kehilangan bola matanya. Kemoterapi bisa juga dilakukan jika kondisi penyakit masih di stadium awal, guna menyelamatkan bola mata sehingga bisa melihat lagi.

"Namun, jika sudah masuk stadium akhir, mau tak mau harus dilakukan enukleasi untuk pengangkatan bola mata," katanya.

Setelah bola mata yang sakit dienyahkan, bukan berarti masalah selesai. Anak harus rajin menggunakan bola mata buatan. Selain itu, anak harus rutin kontrol, setidaknya setiap 2-4 bulan. Hal itu dilakukan supaya diketahui apakah kankernya benar-benar sudah hilang atau belum.

"Sebab, tidak sedikit yang kemudian malah meluas ke bagian lain," kata mantan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sambil menyayangkan bahwa hingga kini, belum ada pencegahan retinoblastoma. Yang ada hanyalah tanggap sejak dini.

Dr Sumaryati menambahkan, kanker retina mata hingga kini masih menjadi momok yang menakutkan di Indonesia, mengingat penyakit tersebut menempati nomor dua terbanyak setelah kanker darah (leukimia).

Berdasarkan data Badan kesehatan dunia (World Health Organization = WHO) penderita kanker di dunia tercatat terus meningkat. Kanker pada anak diperkirakan 2-4 persen dari seluruh jumlah kejadian penyakit kanker di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat sekitar 9.000 penderita kanker anak.

Retinoblastoma adalah penyakit yang menyerang pada anak sejak usia 0-5 tahun. Penyebab penyakit itu belum diketahui secara pasti. Berdasarkan penelitian dan pengalaman para dokter, pemicunya faktor genetik atau pengaruh lingkungan seperti sinar radioaktif, kondisi sosial ekonomi, serta infeksi virus.

"Memang penyebab timbulnya penyakit ini belum diketahui secara pasti, faktor genetik memang menjadi salah satu penyebab timbulnya penyakit ini," ungkap Sumarjati yang juga menjabat sebagai ketua IV Bidang Kesehatan Reproduksi pada Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).

Ia menuturkan, gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata atau retina. Membuat mata seolah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian, kelopak mata turun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata menjadi juling. Pada stadium lanjut, bola mata tampak menonjol.

"Bila terlihat tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, meski sudah diberi obat mata tidak mempan juga, atau di waktu gelap, mata si anak seolah bersinar seperti kucing bisa dikatakan bahwa si anak tersebut terindikasi penyakit retinoblastoma," katanya.

Yang patut diwaspadai, retinoblastoma jika sudah parah tidak hanya menyebabkan kebutaan pada penderita, tetapi juga kehilangan jiwanya.

"Jika dianjurkan operasi oleh dokter, jangan pernah menunda karena jika tidak dilakukan akan makin parah dan susah untuk diobati penyakitnya," jelasnya.

Dijelaskan, penanganan dan pengobatan pada penyakit kanker memang bergantung pada stadium. Pengobatan kanker pada anak tidak jauh beda dari pengobatan pada orang dewasa.

Yang kerap menjadi kendala adalah biaya yang mahal dan minimnya pengetahuan mengenai kanker membuat para pasien yang datang umumnya sudah sampai stadium lanjut.

"Masalah yang dihadapi para penderita kanker salah satunya adalah masalah biaya. Mahalnya biaya pengobatan sering menjadi kendala," ujar wakil ketua Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), Ir Retno S Soepardji.

Pengobatan kanker yang tidak hanya dilakukan 3-5 kali membuat beban penderita atau orang di sekelilingnya semakin bertambah. Hal tersebut menjadi salah satu alasan dibentuknya yayasan- yayasan yang bergerak di bidang kanker.

"Kegiatan yang dilakukan di antaranya membantu biaya pengobatan atau perawatan bagi anak penderita kanker yang tidak mampu. YOAI juga banyak memberikan bantuan penyebaran informasi mengenai kanker," ucap Retno.

Ditambahkan, jenis-jenis kanker yang banyak ditemukan pada anak selain leukemia (kanker darah) dan retinoblastoma, adalah tumor otak, kanker kelenjar getah bening, neuroblastoma (termasuk golongan kanker saraf), kanker ginjal, kanker jaringan otot, dan kanker tulang.

"Leukemia merupakan yang tertinggi di antara angka kejadian kanker anak di RSCM, yaitu 30-40 persen. Tapi bila diobati sejak dini, memiliki kemungkinan sembuh 70-100 persen. Sementara untuk penyakit tumor otak, kesembuhannya masih dipertanyakan karena organ otak sangat rawan dan sukar dicapai oleh obat-obatan medis," tutur Retno.

Strategi pengobatan kanker anak sama dengan kanker pada orang dewasa. Yaitu perpaduan berbagai cara pengobatan seperti operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Walau baru sebagian kanker anak yang dapat disembuhkan, tapi hal itu cukup besar bila dibandingkan dengan kanker pada orang dewasa.

Untuk mencapai kesembuhan, menurut Retno, deteksi dini terhadap adanya kanker dan melakukan penanggulangan secara terpadu sangat penting. Bahkan tidak jarang, diperlukan psikolog juga untuk menangani masalah psikis anak-anak penderita kanker. Harapan sembuh menjadi semakin besar apabila anak penderita kanker melampaui masa hidup sedikitnya lima tahun.

Ia mengingatkan, penderita kanker sebaiknya tidak dekat-dekat dengan orang lain yang sedang sakit juga, agar penyakitnya tidak bertambah parah. Selain itu penderita kanker harus berhati-hati saat mengkonsumsi vitamin. Vitamin B12 dan asam urat tidak boleh dikonsumsi penderita kanker karena keduanya merangsang tumbuhnya sel.

"Dikhawatirkan vitamin itu tidak hanya merangsang pertumbuhan sel tubuh yang dibutuhkan, tapi juga pertumbuhan sel-sel kanker. Tapi kalau vitamin A, C, dan suplemen natural seperti daun pepaya dan daun bit boleh dikonsumsi," ujarnya.

Dalam beberapa kejadian, anak hanya menunjukkan gejala tertentu saja sehingga tidak didiagnosa sebagai penyakit kanker. Misalnya gejala lesu dan pucat, dideteksi sebagai penyakit kekurangan darah, sehingga hanya diberi suplemen penambah darah. Atau gejala demam yang didiagnosa sebagai influenza.

"Apabila gejala-gejala penyakit yang dialami anak tidak kunjung sembuh juga, sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah dan pemeriksaan sumsum tulang. Karena dengan pemeriksaan itu, keberadaan kanker dapat diketahui secara pasti," kata Retno menandaskan. (Tri Wahyuni)
About The Author
Bie, that's my name. Im just an ordinary blogger.Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id. Eam no corpora maluisset definitiones.
Share This
Subscribe Here

0 komentar:

Posting Komentar

 

Site Info

Akyura Stratos Copyright © 2009 DarkfolioZ is Designed by Bie Blogger Template for Ipietoon
In Collaboration With fifa